TATALAKSANA KEJANG DEMAM

Apakah kejang demam itu?
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam. Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya. Kejang demam ini secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu:

  • Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung <>
  • Complex febrile seizures / complex partial seizures : kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).

Risiko berulangnya kejang demam
Simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau retardasi mental. Risiko epilepsi pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada populasi umum. Risiko yang dimiliki hanyalah berulangnya kejang demam tersebut pada 1/3 anak yang mengalaminya. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
  1. Usia <>
  2. Riwayat kejang demam dalam keluarga
  3. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
  4. Riwayat demam yang sering
  5. Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan ≥ 3 faktor risiko.

Penanganan kejang demam
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
  • Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
  • Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
  • Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
  • Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.
  • Setelah kejang berakhir (jika <>

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut:
Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
Pemberian oksigen melalui face mask
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan.

Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :
  • Terapi awal dengan diazepam
Usia ---------- Dosis IV (infus) (0.2mg/kg) --- Dosis per rectal (0.5mg/kg)
< 1 tahun ----- 1–2 mg ----------------------- 2.5–5 mg
1–5 tahun ---- 3 mg -------------------------- 7.5 mg
5–10 tahun --- 5 mg -------------------------- 10 mg
> 10 years ---- 5–10 mg ---------------------- 10–15 mg
  • Jika kejang masih berlanjut :
  1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal
  2. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

  • Jika kejang masih berlanjut :
  1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit.
  2. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan
Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah), meningitis, dan pasca imunisasi.

Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan karakteristik khusus pada anak.
Pungsi lumbar
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang :
  1. Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
  2. Mengalami complex partial seizure
  3. Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya)
  4. Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)
  5. Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.
  6. Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.

EEG (electroencephalogram)
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

Neuroimaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.

Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang
Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis. Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut.

Antipiretik
Antipiretik tidak mencegah kejang demam. Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen.

Diazepam
Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat. Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat diberikan. Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.

Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan
Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh. Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang merupakan kelenjar penting dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat penggunaan asam valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang demam.
Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang.

Imunisasi dan kejang demam
Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut:
  1. DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.
  2. MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi.

Sumber Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures. Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizure. AAP Policy 1996; 97:769-775

MENGATASI LUKA BAKAR

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).


Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

Luka bakar dangkal dan ringan (superficial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.

Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.

Epidemiologi
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika.

Klasifikasi luka bakar
Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut dan fase lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama, menentukan apakah luka bakar perlu di rujuk ke rumah sakit atau tidak. Kedua, mengurangi rasa sakit dan ketiga, mencegah terjadinya infeksi dan perburukan serta mengusahakan penyembuhan. Pada fase lanjutan, penanganan ditujukan untuk rehabilitasi dan pencegahan kecacatan (kekakuan/kontraktur). Pada fase akut perlu pengetahuan untuk menetukan luas area luka bakar, kedalaman luka bakar karena dua faktor ini yang secara dominan menentukan perlu tidaknya perawatan rujukan di fasilitas yang lebih lengkap. Rujukan ke fasilitas lebih lengkap juga dipengaruhi lokasi luka bakar, usia pasien, dan kondisi yang menyertai luka bakar.

Dalamnya luka bakar
Dalamnya luka bakar dilihat dari dalamnya jaringan kulit yang terkena pegaruh luka bakar. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan pada permukaan luka bakar.

Luas daerah
Selanjutnya dilakukan penilaian mengenai luas daerah yang terena (TBSA-total body surface area). Derah yang hanya mengalami eritema (kemerahan) tanpa adanya gelembung cairan (blister) tidak termasuk dalam penghitungan. Untuk menilai luas luka bakar dapat digunakan metode Lund-Browder. Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Metode rules of nine merupakan metode yang sesuai untuk dewasa dan dapat dipakai untuk melakukan penilaian cepat pada anak-anak. Metode Lund-Browder dapat dilihat pada tabel 2. Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder.

Rujukan
Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk dirujuk :
  • Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar yang sangat superfisial
  • Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
  • Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
  • Luka bakar yang melingkar
  • Luka bakar oleh cairan kimia
  • Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
  • Luka bakar yang mencederai saluran napas
  • Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan
  • Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi

Tatalaksana

Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling :
  • Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar
  • Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi
  • Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia
  • Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan penghilang nyeri berupa : Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation)

Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.

Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.

Tatalaksana luka bakar minor
Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal. Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan bidai Pemeriksaan status tetanus pasien Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan

Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.

Luka bakar superfisial/dangkal
Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya gelembung cairan atau penggarukan dapat dittup perban untuk proteksi.

Luka bakar sebagian (partial thicknes)
Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin. Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut atau di plester Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin

Follow up

Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.

Luka bakar mayor
Airway and breathing (jalan napas dan pernapasan) Apabila ada tanda-tanda luka bakar pada saluran napas atau cedera pada paru-paru maka intubasi dilakukan secepatnya sebelum pembengkakan pad jalna napas terjadi.

Cairan
Jika luas area luka bakar >10% maka lakukan resusitasi cairan dan lakukan penghitungan cairan dari saat waktu kejadian luka bakar. Pasang kateter urin jika luka bakar>15% atau luka bakar daerah perineum NGT-pipa nasogastrik dipasang jika luka bakar>10% berupa deep partial thickness atau full thickness, dan mulai untuk pemberian makanan antara 6-18 jam

Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut :
  • Disertai patah tulang
  • Luka yang menembus ke dalam
  • Luka dengan kontaminasi benda asing (terutama serpihan kayu)
  • Luka dengan komplikasi infeksi
  • Luka dengan kerusakan jaringan yang besar (contoh luka bakar)
  • Luka dengan kontaminasi tanah, debu atau produk cairan atau kotoran kuda
  • Implantasi ulang dari gigi yang tanggal.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin.Pemeriksaan yang dapat dilakukan :Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di ruangan).

Pencegahan luka bakar
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah erjadinya luka bakar bagi anak-anak di rumah :

I. Dapur
  • Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di sekitarnya untuk anak-anak
  • jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda
  • jangan masukkan botol susu anank ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan daerah yang panas
  • cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan
  • singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang seang belajar merangkak
  • jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
  • simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa pengawasan.
  • Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.

II. Kamar mandi
  • Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
  • Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120°F (48,8°C) atau lebih rendah. Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100°F (37,7°C).
  • Jangan biarkan anak bermain dengan keran atau shower.

III. Di setiap ruangan
  • Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
  • Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi
  • Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali


Gambar 1. luka bakar dangkal (superfisial) Pada daerah badan dan lengan kanan, luka bakar jenis ini biasanya memucat dengan penekanan


Gambar 2. luak bakar superficial partial thickness. Memucat dengan penekanan, biasanya berkeringat.


Gambar.3. Luka bakar deep partial thickness. Permukaan putih, tidak memucat dengan penekanan


Gambar.4 luka bakar full thickness. Tidak terasa sakit, gambaran putih atau keabu-abuan.

TATALAKSANA DEMAM

APAKAH DEMAM ITU?

Tubuh kita memiliki hipotalamus anterior di otak yang bertugas mengatur agar suhu tubuh stabil (termostat) yaitu berkisar 37 derajat selsius.

Pengukuran Suhu

Suhu di daerah dubur (temperatur rektal) paling mendekati suhu tubuh sebenarnya (core body temperature). Suhu di daerah mulut atau ketiak (aksila) sekitar 0,5 sampai 0,8 derajat lebih rendah dari suhu rektal, dengan catatan setelah pengukuran selama minimal 1 menit. Tidak dianjurkan mengukur (“menebak”) suhu tubuh berdasarkan perabaan tangan (tanpa mempergunakan termometer)

Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)

Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)” yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat selsius.

DAMPAK DEMAM

Dampak Menguntungkan terhadap Fungsi Imunitas (Daya Tahan) Tubuh

Beberapa bukti penelitian ‘in-vitro’ (tidak dilakukan langsung terhadap tubuh manusia) menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada temperatur demam, dibandingkan suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen lainnya akan “mengundang” lebih banyak leukosit dan meningkatkan aktivitas mereka dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Demam juga memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan produksi/fungsi interferon (zat yang membantu leukosit memerangi mikroorganisme).

Dampak Negatif

Pertama, kemungkinan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika mengalami demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan.

Kedua, kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit paru-paru atau penyakit jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga penyakit paru-parau atau kelainan jantungnya infeksi saluran napas akut (Isakan semakin berat.

Ketiga, demam di atas 42 derajat selsius bisa menyebabkan kerusakan neurologis (saraf), meskipun sangat jarang terjadi. Tidak ada bukti penelitian yang menunjukkan terjadinya kerusakan neurologis bila demam di bawah 42 derajat selsius.

Terakhir, anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan dan 3 tahun, berada dalam risiko kejang demam (febrile convulsions), khususnya pada temperatur rektal di atas 40 derajat selsius. Kejang demam biasanya hilang dengan sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf). Lihat guideline kejang demam.

Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan menurun (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Sebagian besar di antaranya berhubungan dengan zat penyebab demam tadi.

Demam pada Infeksi Virus

Demam pada bayi dan anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Pada demam yang disertai sariawan, ruam cacar, atau ruam lainnya yang mudah dikenali, virus sebagai penyebab demam dapat segera disimpulkan tanpa membutuhkan pemeriksaan khusus. Demam ringan juga dapat ditemukan pada anak dengan batuk pilek (common colds), dengan rinovirus salah satu penyebab terseringnya. Penyebab lain demam pada anak adalah enteritis (peradangan saluran cerna) yang disebabkan terutama oleh rotavirus. Penyakit yang disebabkan virus adalah self-limiting disease (akan berakhir dan sembuh dengan sendirinya).

Demam pada Infeksi Bakteri

Di antara demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada anak, salah satu yang paling sering ditemukan adalah infeksi saluran kemih (ISK). Umumnya tidak disertai dengan gejala lainnya. Risiko paling besar dimiliki bayi yang berusia di bawah 6 bulan.

Infeksi bakteri yang lebih serius seperti pneumonia atau meningitis (infeksi selaput otak) juga dapat menimbulkan gejala demam. Namun demikian persentasenya tidaklah besar. Dari bayi > 3 bulan dan anak 1-3 tahun dengan demam > 39C, hanya 2% (1–3.6%) saja yang bakterinya sudah memasuki peredaran darah (bakteremia).

Pada golongan usia ini, program imunisasi HiB berhasil menurunkan risiko meningitis bakterial secara sangat signifikan. S. pneumoniae (penyebab utama infeksi bakteri yang cukup serius) hanya ditemukan pada < 2 % populasi. Dan sebagian besar anak dalam golongan usia ini dapat mengatasi S. pneumoniae tanpa antibiotika. Hanya 10 %-nya yang berlanjut menjadi pneumonia yang lebih berat dan 3-6 % menjadi meningitis.

Usia yang menuntut kewaspadaan tinggi orangtua dan dokter adalah usia di bawah 3 bulan. Bayi harus menjalani pemeriksaan yang lebih teliti karena 10 %-nya dapat mengalami infeksi bakteri yang serius, dan salah satunya adalah meningitis. Untuk memudahkan penilaian risiko tersebut, Rochester menetapkan beberapa poin untuk mengidentifikasi risiko rendah infeksi bakteri serius pada bayi yang demam. Kriteria Rochester ini adalah:

  1. Bayi tampak baik-baik saja
  2. Bayi sebelumnya sehat
  3. Lahir cukup bulan (≥ 37 minggu kehamilan)
  4. Tidak ada riwayat pengobatan untuk hiperbilirubinemia (kuning) tanpa sebab yang jelas
  5. Tidak ada riwayat pengobatan dengan antibiotika
  6. Tidak ada riwayat rawat inap
  7. Tidak ada penyakit kronis atau penyakit lain yang mendasari demam
  8. Dipulangkan dari tempat bersalin bersama/sebelum ibu
  9. Tidak ada tanda infeksi kulit, jaringan lunak, tulang, sendi, atau telinga
  10. Nilai laboratorium sebagai berikut:
  • Leukosit 5000 – 15000/µl
  • Hitung jenis neutrofil batang 1500/µl
  • ≤10 leukosit/LPB di urin
  • ≤ 5 eritrosit (sel darah merah)/LPB pada feses bayi dengan diare
Walaupun diketahui bahwa sebagian besar penyebab demam adalah infeksi virus, namun data menunjukkan bahwa justru sebagian besar tenaga medis mendiagnosisnya sebagai infeksi bakteri. Dalam satu penelitian di Amerika Serikat, persentase ini mencapai 56 %. Dan pada penelitian yang sama masih ditemukan adanya pemberian antibiotik pada demam yang belum jelas diidentifikasi penyebabnya (virus atau bakteri).

Efek Obat Pereda Demam (Antipiretik)

Sebuah penelitian melaporkan relawan dewasa yang secara sukarela diinfeksi virus Rhinovirus dan diterapi dengan aspirin dosis terapetik (dosis yang lazim digunakan dalam pengobatan), lebih cenderung menjadi sakit dibandingkan yang mendapatkan plasebo. Hasil serupa (meski tidak signifikan), dilaporkan dengan penggunaan aspirin dan parasetamol. Lebih lanjut, penggunaan kedua obat ini, ditambah ibuprofen, meningkatkan penyumbatan di hidung (obstruksi nasal) dan menekan respon antibodi Penelitian-penelitian lain belum menunjang temuan ini.

Pada sebuah survei terhadap 147 anak dengan infeksi bakteri, tidak ada perbedaan lama rawat inap pada mereka yang diberi dua atau lebih obat antipiretik, dibandingkan yang menerima satu, atau sama sekali tidak diberi antipiretik.

Sebuah penelitian randomized terhadap anak-anak demam yang diduga akibat virus, menunjukkan parasetamol tidak mengurangi lamanya demam dan tidak menghilangkan gejala-gejala yang terkait. Namun demikian, parasetamol membuat anak sedikit lebih aktif dan lebih bugar.

REKOMENDASI TATA LAKSANA DEMAM

Pengobatan dengan Antipiretik
Mekanisme Kerja

Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

Parasetamol
Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.
Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian tiga kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi dengan berat badan di bawah 10 kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.

Aspirin
Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

Jenis Lainnya
Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi jauh lebih toksik (membahayakan).

Terapi Suportif
Upaya Suportif yang Direkomendasikan

Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak juga mampu menjadi ekspektoran (pelega saluran napas) dengan mengurangi produksi lendir di saluran napas. Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan muntah terus-menerus.. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.

Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya. Anak tidak harus terus berbaring di tempat tidur)tetapi dijaga agar tidak melakukan aktivitas berlebihan.

Mengompres atau anak dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel merasa sangat tidak nyaman, umumnya pada suhu sekitar 40 selsius. Mengompres dapat dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air hangat tersebut.

Umumnya mengompres anak akan menurunkan demamnya dalam 30-45 menit. Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal ini.

Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan

Upaya ‘mendinginkan’ badan anak dengan melepaskan pakaiannya, memandikan atau membasuhnya dengan air dingin, atau mengompresnya dengan alkohol. Jika nilai-ambang hipotalamus sudah direndahkan terlebih dahulu dengan obat, melepaskan pakaian anak atau mengompresnya dengan air dingin justru akan membuatnya menggigil (dan tidak nyaman), sebagai upaya tubuh menjaga temperatur pusat berada pada nilai-ambang yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit masuk ke dalam peredaran darah, dan adanya risiko toksisitas.

KESIMPULAN

Pandangan masyarakat akan demam terus berubah. Kini demam dianggap sebagai respon ‘sehat’ terhadap penyakit dan dianggap wajar. Pengobatan secara ‘agresif’ harus dibuktikan oleh bukti-bukti ilmiah. Sehingga terapi yang rasional adalah menenangkan pasien dan tenaga kesehatan, serta meyakinkan bahwa merekalah yang ‘mengendalikan’ penyakit anaknya, bukan ‘dikendalikan’ penyakit.

Upaya menangani demamnya bukanlah prioritas utama. Tindakan pertama adalah mengidentifikasi adakah infeksi bakteri (pneumonia, otitis media, faringitis streptokokus, meningitis, atau sepsis), dan kalau perlu merujuk ke RS untuk tindakan selanjutnya.

Baik orangtua maupun tenaga kesehatan seharusnya tidak otomatis memberikan obat pereda demam pada semua anak demam. “Tangani anaknya, bukan termometernya”. Usaha meredakan demam lebih ditujukan mengatasi ketidaknyamanan anak (jika memang signifikan), dan biasanya diperoleh melalui pemberian parasetamol secara oral pada anak yang hanya mengalami demam tinggi saja. Hal ini akan menciptakan layanan kesehatan (dan keluarga) yang efisien semata-mata ditujukan bagi kebaikan anak, menekankan pada upaya mencari penyebab serta melalui usaha mengurangi polifarmasi yang tidak perlu, serta memprioritaskan pengobatan esensial saja.

Catatan: Panduan / guideline ini dapat senantiasa mengalami perubahan seiring dengan ditemukannya perkembangan ilmiah terkini, dan adanya guideline terbaru yang dapat diadaptasi.

10 langkah Puasa Sehat

10 Langkah yang mesti dilakukan pada bulan puasa agar tetap sehat

  1. Tanamkan niat ikhlas untuk menunaikan puasa dan ucapkan syukur atas nikmat Allah SWT.
  2. Terapkan pola makan sehat.
  3. Keseimbangan gizi maupun porsinya sangat penting.
  4. Jangan makan terlalu kenyang dan jangan jadikan saat berbuka dengan mengkonsumsi secara berlebihan.
  5. Batasi mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, terlalu pedas, makanan kalengan, daging olahan dll.
  6. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar saat berbuka atau sahur. Perbanyak minum air putih.
  7. Sebaiknya saat makan sahur maupun berbuka sajian makanan yang fresh dan dimasak bukan yang telah disimpan selama beberapa hari kemudian dipanaskan.
  8. Sajikan masakan secara bervariasi, guna meningkatkan nafsu makan saaat sahur
  9. Batasi mengkonsumsi gula, makanan gorengan, makanan bersantan.
  10. Lakukan olahraga ringan secara teratur seperti, jalan kaki, senam, olahraga pernafasan dan lain-lain.

EFEK HIDROKUINON

Penggunaan Hydroquinon sebagai salah satu zat pemutih kulit, jika digunakan melebihi batas normal akan mengakibatkan kerusakan pada kulit, apalagi jika digunakan jangka panjang, maka akan mengakibatkan keracunan pada kulit. Zat hydroquinon ini juga ditemukan pada asap rokok dan asap kendaraan bermotor (bayangkan efeknya jika kandungan ini diserap dalam kulit masuk ke tubuh kita!!)

Apakah kegunaan hydroquinon? Hydroquinone menurunkan pembentukan melanin pada kulit. Melanin adalah pigmen pada kulit yang memberikan warna gelap/coklat. Hydroquinone digunakan untuk mencerahkan daerah gelap pada kulit seperti kerut, bintik2 penuaan, melasma, (warna gelap/kusam pada kulit yang timbul disebabkan oleh alat kontrasepsi)

Penggunaan hydroquinone, hal2 yang perlu diketahui: Hindari sinar matahari atau sinar UV buatan (lampu UV). Kulit dapat menjadi lebih gelap, harus menggunakan sunscreen minimum SPF 15. Tidak boleh digunakan pada kulit yang telah terbakar sinar matahari, terkena angin/debu, kering, pecah2, teriritasi, luka terbuka. Kondisinya bisa semakin memburuk jika tetap digunakan. Harus menunggu kondisi sembuh baru bisa menggunakan hydroquinone. (Bagaimana mungkin jika demikian kulit yang bermasalah justru harus menghindari hydroquinone, sedangkan banyak orang yang berjerawat/iritasi justru ingin kembali normal). Tidak boleh digunakan pada kulit yang memiliki masalah alergi, tidak boleh digunakan jika memiliki masalah liver atau ginjal (beresiko tinggi kan?) Tidak diketahui apakah dapat berbahaya bagi bayi dalam janin pemakai. Jadi sebaiknya dihindari jika dalam keadaan hamil. Tidak diketahui apakah dapat berbahaya bagi bayi yang disusui oleh pemakai hydroquinone.

Hydroquinone hanya digunakan pada kulit yang terkena masalah seperti bintik2 penuaan, warna gelap pada kulit dll, (jadi tidak seluruh muka, ini juga kan repot atau berarti tidak aman bagi daerah kulit yang tidak bermasalah) Tidak boleh digunakan pada mata, bibir, dalam hidung atau mulut. Bibir dapat kaku. Hydroquinone harus digunakan secara teratur untuk memperoleh hasil yang maksimal. Jika waktu digunakan teratur ternyata ada hari dimana kita lupa memakainya, dosisnya tidak boleh digandakan pada pemakaian berikutnya.

Pemakaian hydroquinone tidak boleh digunakan bersamaan dengan atau tidak boleh dicampur dengan semua produk peroxide, seperti benzoyl peroxide, hydrogen peroxide dll. Efek samping hydroquinone Kulit kering, pecah2 , Kemerahan/seperti kulit terbakar, iritasi, Perubahan warna pada kulit , Gatal2, bengkak, Sakit kepala, Sulit bernafas, dll.

BAHAYA FORMALIN DAN BORAKS

A. FORMALIN

Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol.Penggunaan formalin sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga dan digunakan di indutri tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.

Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan
a. Jika terhirup -> Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
b. Jika terkena kulit -> Kemerahan, gatal, kulit terbakar
c. Jika terkena mata -> Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
d. Jika tertelan -> Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

Mendeteksi Formalin secara phisik
  • Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk
  • Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan memiliki tekstur yang sangat kenyal
  • Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, bau menyengat khas formalin.
  • Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warna ikan bersih dan cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.
  • Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau menyengat khas formalin.
  • Mie Basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), bau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.

B. BORAKS

Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Penggunaan :
Boraks dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa.
Bahaya Boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lendir.
Efek toksik : kumulatif selama penggunaan berulang – ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker

Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak – anak kita dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

Panduan Puasa bagi Penderita Maag

Dispepsia nonorganik dan organik

Mungkin belum banyak yang menyadari, selain bermakna ibadah, puasa juga memiliki manfaat yang nyata terhadap kesehatan. Puasa bahkan memberikan manfaat positif bagi mereka yang mengalami gangguan mag. Penyakit mag itu terbagi menjadi dua yaitu dispepsia organik dan non organik.

Dispepsia organik adalah penyakit mag yang sudah parah seperti tukak lambung, sementara non-organik adalah penyakit mag yang ditandai dengan kelainan minimal seperti kemerahan pada alat pencernaan.

Dispepsia non organik ini biasanya disebabkan oleh stres, makanan pedas, alkohol dan merokok. Maka biasanya gejala yang timbul itu hanya mual, eneg, atau perut terasa penuh. Kalau puasa maka otomatis rokok, alkohol dan makanan itu tidak masuk sehingga keluhan tadi justru akan hilang, ini yang cenderung terjadi pada mereka yang mengalami dispepsia non organik tadi.

Sebaliknya, penderita dispepsia organik perlu berkonsultasi dengan dokter/apoteker untuk berpuasa. Meski tubuh akan beradaptasi setelah 3 sampai 5 hari, akan tetapi lambung akan tetap kosong. Saat itulah pengeluaran asam lambung dan gas akan meningkat — yang notabene menjadi pemicu munculnya penyakit mag. Meski hal ini tidak berlangsung terus menerus akan tetapi puasa bagi penderita dispepsia non organik yang tidak mengonsumsi obat akan membuat mag-nya menjadi jauh lebih parah.

Satu hal yang harus diingat adalah jangan sekali-kali menilai sendiri apakah mag yang diderita parah atau tidak. Karena berangkat dan kenyataan bahwa setiap orang memiliki tingkat kepekaannya sendiri-sendiri. Misalnya ada yang merasakan sakit yang amat sangat pada lambungnya padahal dia hanya kemerahan sedikit, sebaliknya ada juga yang tidak merasakan apa-apa padahal kondisi lambungnya sudah demikian parah.

Satu-satunya cara untuk melihat kelainan pada pencernaan adalah dengan endoskopi (meneropong saluran pencernaan). Dari pemeriksaan inilah baru kemudian diketahui apakah alat pencernaan mengalami luka atau tidak.

Dari antasida sampai PPI

Bagi mereka yang menderita dispepsia non organik, obat yang dijual bebas di pasaran dan berbagai merek dan harga bisa digunakan untuk mencegah keluhan mag timbul saat menjalani puasa.

Karena obat bebas yang umumnya golongan antasida ini dapat melapisi lambung sehingga menetralisir asam lambung yang over produksi. Tak heran penjualan obat jenis ini marak selama bulan puasa.

Untuk itu bagi yang berpuasa dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obat tersebut setengah jam setelah makan agar perut tidak terasa kembung. Untuk waktu minum obat sendiri, sebaiknya dilakukan pada saat sahur, berbuka puasa dan malam sebelum tidur. Bagi mereka yang menderita dispepsia non organik cara ini dianggap cukup efektif untuk menghindari keluhan mag.

Tapi bagi yang menderita dispepsia organik, pengobatannya tidaklah semudah itu. Obat yang dianjurkan adalah obat anti-asam yang mampu menekan produksi asam lambung hingga 12 sampai 24 jam. Obat ini hanya didapat dengan resep dokter.

Ada tiga golongan obat yaitu Antasida yang dijual bebas di pasaran, kemudian golongan menengah — diantaranya simetidin, ranitidine, famotidin — dan terakhir golongan PPI (Proton Pump Inhibitor). Kalau penyakit lambung sudah kronis seperti tukak, menggunakan antasida kecil kemungkinan akan sembuh. Karena antasida hanya menghilangkan keluhan bukan menyembuhkan. Untuk kasus tukak bisa disembuhkan dengan kombinasi antibiotika plus PPI. Peluang kesembuhannya pun cukup tinggi, antara 80 — 90 persen. Kalau obat jenis antasida ini dipakai untuk penyakit lambung yang kronis, kondisinya bisa jadi lebih parah, bisa bleeding atau malah jadi borok.


Perhatikan Asupan dan Pola Makan

Mengingat betapa riskannya penyakit mag, kontrol don kesadaran diri sendiri untuk mengatur pola makan menjadi sangat penting.

Untuk itu perhatikan dengan saksama hal yang harus dilakukan atau dihindari bagi penderifa mag selama puasa.
  • Dianjurkan untuk makan makanan yang manis — sebagai sumber energi — terutama waktu berbuka, korena selama puasa kadar gula menjadi turun.
  • Hindari makanan/minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti kopi, susu, dan minuman bersoda. Untuk makanan hindari makanan berlemak, sayuran seperti sawi dan kol, nangka, kedondong atau buah yang dikeringkan.
  • Jangan makan makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah antara lain cokelat, makanan yang tinggi lemak dan gorengan. Beberapa sumber karbohidrat seperti beras ketan, mi, bihun, dan jagung pun sebaiknya dihindari.
  • Meski puasa olahraga atau latihan fisik harus tetap dijalankan, tapi harus sesuai dengan kondisi tubuh. Olahraga yang teratur selain membuat tubuh menjadi bugar, stres — yang menjadi pemicu sakit mag — pun bisa hilang.
  • Jangan langsung tidur setelah sahur agar asam lambung tidak langsung naik ke kerongkongan. Makanan dalam lambung akan lancar turun ke dalam organ pencernaan lain kalau tubuh berada dalam posisi tegak, tapi dalam posisi tidur makanan akan sulit turun dan dikhawatirkan asam lambung yang naik akan menyebabkan iritasi pada pasien.

Sehatnya Berpuasa

Menahan lapar dan haus, apalagi pada siang hari yang panas terik, terkadang memang butuh perjuangan tersendiri. Namun, jika puasa kita dilandasi dengan iman dan keikhlasan untuk ibadah, rasanya rasa lapar dan haus itu tak berarti apa-apa. Apalagi jika kita menyadari bahwa puasa ternyata juga membawa begitu banyak hikmah dan manfaat buat kita, salah satunya manfaat kesehatan.

Penelitian menunjukkan, puasa sangat baik dilakukan oleh orang yang kadar kolesterol di dalam darahnya tinggi. Bukan rahasia lagi, kadar kolesterol darah yang tinggi secara jangka panjang bisa mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Bila hal ini terjadi di otak, maka terjadilah stroke, dan bila terjadi di daerah jantung maka timbullah penyakit jantung. Dari hasil penelitian pula diketahui, puasa bisa meningkatkan kolesterol 'baik' (HDL) sebanyak 25 titik, dan menurunkan lemak trigliserol sekitar 20 titik. Lemak trigliserol merupakan bahan pembentuk kolesterol 'jahat' (LDL).

Puasa juga akan mengurangi produksi senyawa oksigen yang bersifat racun (radikal bebas oksigen). Tahukah Anda, radikal bebas oksigen yang berlebihan di dalam tubuh akan mengurangi aktivitas kerja enzim, menyebabkan terjadinya mutasi, dan kerusakan dinding sel. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung dan stroke, dicetuskan dan diperparah oleh senyawa radikal bebas.

Bagi orang yang sehat, puasa juga akan mengurangi risiko terkena penyakit diabetes tipe-2. Ini karena saat puasa, dengan sendirinya konsumsi kalori secara fisiologis akan berkurang. Hal ini akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Lebih jauh, hal ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah. Pengontrolan gula darah yang baik akan mencegah penyakit diabetes tipe-2.

Selain itu, seperti dijelaskan oleh dokter Probosuseno SpPD, spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta, ada beberapa manfaat lain dari puasa untuk kesehatan, yaitu:
· Mendorong terjadinya rejuvinasi (pergantian) sel-sel tubuh.
· Membantu menurunkan tekanan darah bagi yang menderita tekanan darah tinggi. Berat badan juga akan turun.
· Dispepsia (maag) fungsional kebanyakan akan membaik berkat puasa.
· Penyakit kulit khususnya jamur akan lebih cepat membaik.
· Puasa dapat meningkatkan volume semen, persentase spermatozoa hidup dan jumlah total spermatozoa.


Enam Tips Sehat Puasa

Menjalankan ibadah puasa adalah sebuah kewajiban bagi umat muslim, namun jika ditilik dari sisi kesehatan dibalik nilai ibadah dari ritus yang dijalankan sebulan penuh tiap tahun ini, juga tersimpan banyak manfaat. Tapi tentu saja jika itu dijalankan dengan aturan yang benar dan tidak asal-asalan. Bagaimana memadukan antara ibadah dan mendapatkan manfaat bagi kesehatan kita, berikut kami suguhkan 6 tips menjalankan puasa sehat:

1. Jangan Tinggalkan Sahur

Sahur merupakan salah satu rangkaian dalam ibadah puasa Ramadhan yang sangat disarankan, dalam sebuah Hadist disebutkan bahwa "Bersabda Rasulullah SAW: "Sahurlah kamu, karena dalam sahur itu terdapat berkah yang besar". Kenapa sahur penting bagi kita yang menjalankan puasa?, Saat menjalankan puasa tubuh kita tidak mendapatkan asupan gizi kurang lebih selama 14 jam. Untuk itu supaya tubuh dapat menjalankan fungsi dengan baik, sel-sel tubuh membutuhkan gizi dan energi dalam jumlah cukup. Untuk menu sahur sebaiknya pilih makanan berserat dan berprotein tinggi, tapi hindari terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang manis-manis.

Banyak makan makanan manis disaat sahur akan membuat Anda cepat lapar di siang hari. Makanan manis membuat tubuh bereaksi melepaskan insulin secara cepat, insulin berfungsi memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh dan digunakan sebagai sumber energi. Sedangkan makan makanan berserat membuat proses pencernaan lebih lambat dan membantu insulin dikeluarkan secara bertahap. Untuk membuat energi dari sahur tahan lama, bersahurlah lebih akhir saat mendekati imsak.

2. Jangan Tunda Berbuka

Setelah seharian menahan lapar dan dahaga tentunya energi kita terkuras, untuk memulihkan energi kembali, saat berbuka makanlah karbohidrat sederhana yang terdapat dalam makanan manis. Makanan yang mengandung gula mengembalikan secara instant energi kita yang terkuras seharian. Tetapi usahakan menghindari minum es atau yang bersoda, karena jenis minuman ini dapat membuat pencernaan tak berfungsi secara normal.

3. Makanlah Secara Bertahap

Biasanya begitu mendengar bedug magrib, tanpa tunggu lagi kita langsung menyantap habis hidangan yang disediakan diatas meja. Ini bukanlah pola yang bagus untuk kesehatan, setelah seharian perut kita tak terisi dan organ cerna beristirahat, sebaiknya jangan langsung menyantap hidangan dalam jumlah besar. Saat tiba waktu berbuka makan makanan manis, seperti kolak, atau minum teh hangat, istirahatkan sesaat, bisa Anda gunakan jeda itu untuk menjalankan sholat magrib sambil memberi waktu organ cerna kita menyesuaikan. Baru setelah sholat Anda dapat lanjutkan kembali makan makanan yang lebih berat seperti nasi dan lauk-pauknya. Dan setelah Tarawih dilanjutkan lagi dengan sesi makan kecil atau camilan.

4. Jangan Tinggalkan Olahraga

Menjalankan puasa bukan berarti berhenti total berolahraga. Justru aktivitas fisik tetap dibutuhkan untuk menjaga kelancaran peredaran darah agar kita tidak mudah loyo. Namun untuk urusan ini pilih olahraga ringan yang tak membutuhkan energi berlebih, seperti lari-lari kecil atau jalan kaki. Sebaiknya lakukan olahraga menjelang waktu berbuka. Tarawih selain ibadah juga sebagai sarana menjaga kebugaran
jasmani karena saat melakukan sholat tarawih sama dengan membakar kalori.

5. Konsumsi Cukup Air

Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan tubuh. Lebih dari 60 % tubuh kita terdiri dari air. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik setiap organ tubuh kita membutuhkan air. Tanpa air yang cukup tubuh akan mengalami gangguan. Untuk itu perbanyak minum air untuk simpanan dalam tubuh supaya semua organ berfungsi dengan baik. Yang disebut air disini bukan hanya berupa air putih, tapi susu dan teh pun juga termasuk di dalamnya. Supaya kebutuhan tubuh tercukupi, aturlah agar Anda minum delapan gelas air sebelum menjalani puasa esok hari.

6. Kendalikan Emosi

Rasulallah bersabda bahwa puasa itu bukan hanya menahan lapar dan dahaga tetapi juga menahan nafsu. Dengan kata lain tujuan puasa adalah me-manage emosi, belajar bersabar dan berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Secara psikologis ini mempengaruhi mental-spiritual kita, dengan mengendalian emosi membuat jiwa kita
tumbuh lebih sehat, dan merasakan kedekatan dengan Allah membuat hati kita damai.

Diet dan Puasa

Pada bulan Ramadhan orang yang sedang berdiet dengan produk tertentu mungkin akan menghentikan sementara dietnya, dan melakukan puasa.

Namun sebenarnya diet tetap bisa dilakukan, hanya waktu makannya saja yang perlu diubah. Itu pun harus disesuaikan dengan kondisi orang yang menjalani diet.

Puasa merupakan salah satu cara untuk berdiet. Asupan makanan otomatis akan berkurang dan pola makan menjadi teratur. Biasanya tidak mungkin orang makan sahur atau berbuka puasa dalam jumlah yang banyak. Lama-kelamaan, pola makan yang tidak berlebihan ini akan terbentuk setelah terlatih selama sebulan. Namun, pola makan tersebut harus dipertahankan sampai Lebaran tiba.

Biasanya orang sulit untuk membendung nafsu makan jika datang hari Lebaran. Apa saja mau dimakan, selagi tersedia banyak makanan. Hal inilah yang bisa merusak kembali pola makan yang telah terbentuk.

Bagi yang berpuasa dan berdiet, porsi makan pagi sebaiknya diterapkan pada saat berbuka puasa (maghrib), berupa makanan kecil yang ringan. Porsi seperti makan siang sebaiknya dikonsumsi setelah isya, sedangkan porsi makan malam diterapkan sewaktu sahur.

Aturan makannya tetap seperti aturan diet yang sedang dilakukan. Makan pagi dan makan malam tentu tidak terlalu banyak. Pada saat berpuasa, yang perlu diperhatikan adalah kecukupan konsumsi air. Olahraga bisa dilakukan pada sore hari dan pilihlah olahraga yang ringan.

Selamat berpuasa..:)

10 Cara Menurunkan Berat Badan Tanpa Diet


Perubahan sederhana terhadap gaya hidup Anda dapat membantu menurunkan berat badan Anda
Sumber: WebMD Weight Loss Clinic-Featute

Sungguh, Anda dapat menurunkan berat badan dengan segera! Itulah iming-iming yang biasa dilontarkan pada iklan-iklan produk penurun berat badan. Tapi, apa bagusnya berat badan turun tapi akhirnya akan kembali naik? Untuk menjaga penurunan berat badan permanen, cara yang terbaik adalah menurunkan berat secara perlahan. Banyak ahli menyatakan Anda dapat melakukannya tanpa harus menjalani "diet" yang menyiksa. Kuncinya adalah membuat perubahan sederhana pada gaya hidup Anda. Lakukan setidaknya satu dari strategi yang sederhana dan tidak menyakitkan berikut, tanpa harus "diet"
  1. Sarapan (makan pagi) setiap hari. Sebuah kebiasaan yang telah terbukti pada banyak orang yang berhasil menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Banyak orang berpikir melewatkan sarapan adalah cara jitu untuk mengurangi kalori, tapi pada akhirnya mereka biasanya justru makan lebih banyak dalam sehari. Cobalah semangkuk sereal ditemani buah-buahan dan susu rendah lemak untuk memulai hari Anda.
  2. Tutup dapur/ruang makan pada malam hari. Tetapkan waktu kapan Anda akan berhenti makan sehingga Anda tidak terlena dengan ngemil sambil nonton TV pada malam hari. Minumlah secangkir teh, makan sebiji permen keras atau minum secangkir yogurt jika Anda menginginkan sesuatu yang manis setelah makan malam, tapi kemudian segeralah gosok gigi sehingga menjadikan kecil kemungkinan Anda akan makan atau minum yang lainnya.
  3. Pilihlah kalori cair dengan bijak. Minuman manis mengandung banyak kalori. Kala dahaga minumlah air putih, air jeruk, susu skim atau rendah lemak, atau porsi kecil 100% jus buah. Cobalah segelas jus buah/sayuran untuk mengurangi lapar diantara jam makan.
  4. Makanlah yang rendah kalori lebih dulu. Makan banyak buah dan sayuran rendah lemak dalam jumlah banyak dapat menurunkan porsi makanan lain yang tinggi lemak dan kalori. Pindahkan daging dari bagian tengah piring Anda, gantilah dengan sayuran. Atau cobalah memulai makan siang atau makan malam Anda dengan salad atau sup sayur. Stok dapur Anda dengan banyak buah dan sayuran, juga saat menyajikan. Makanan Anda akan kaya dengan vitamin, mineral, fitonutrien, dan serat.
  5. Sesekali beralih ke produk tepung. Cobalah bread putih (roti tawar) sebagai pengganti menu makanan Anda. Anda akan mendapat lebih banyak serat dan lebih cepat kenyang sehingga memperbesar kemungkinan Anda akan makan dalam porsi yang wajar. Beras merah juga bagus.
  6. Kendalikan lingkungan Anda. Stok dapur Anda dengan banyak buah dan sayuran yang sehat, pilihlah restoran yang sehat. Artinya Anda harus mengontrol keinginan Anda dan menjauh dari restoran yang menyajikan segala yang Anda mau. Dan jika Anda datang ke pesta, makanlah snack sehat sebelumnya sehingga Anda tidak akan "kelaparan" dan selektiflah mengisi makanan pada piring Anda. Sebelum kembali pada makanan, tunggulah 15 menit dan minumlah air yang banyak.
  7. Kurangi porsi. Jika Anda tidak melakukan yang lain tetapi mengurangi porsi Anda 10-20%, berat badan Anda akan turun. Kebanyakan porsi yang disajikan di restoran atau di rumah lebih banyak dibanding kebutuhan Anda. Untuk mengontrolnya gunakanlah piring atau mangkuk kecil. Anda tidak akan merasa kekurangan karena makanan akan terlihat penuh.
  8. Lebih banyak melangkah. Tidak ada salahnya Anda membeli pedometer (alat penghitung langkah--ada di salah satu produk susu di Indonesia sebagai hadiah) dan secara bertahap Anda bisa menambah langkah Anda hingga mencapai 10.000 langkah per hari. Jadilah lebih aktif. Memiliki pedometer dapat menjadi motivator Anda sekaligus pengingat.
  9. Makan protein setiap kali makan dan ngemil. Menambahkan protein rendah lemak setiap kali makan dan ngemil dapat manjaga Anda kenyang lebih lama sehingga mencegah Anda makan lebih banyak. Cobalah yogurt rendah lemak, porsi kecil kacang-kacangan, selai kacang, telur, kacang polong, atau seiris kecil daging. Para ahli juga menyarankan makan dan ngemil dalam porsi kecil tetapi sering (tiap 3-4 jam) untuk menjaga kadar gula darah Anda.
  10. Beralih ke alternatif. Jika memungkinkan, beralihlah ke versi rendah lemak dari salad, mayonnaise, produk susu, dan produk lainnya.

Berbagai Penyebab Sakit Kepala

Hampir setiap orang pernah merasakan nyeri atau sakit kepala. Data menunjukkan bahwa 90% populasi manusia pernah mengalami gangguan ini sekali atau dua kali dalam setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan terbanyak kedua seseorang untuk mengunjungi dokter.

Penyebab dan macam sakit kepala memang cukup banyak. Karenanya, mengetahui dengan pasti penyebab dan jenisnya merupakan langkah awal untuk penyembuhannya. Berikut ini beberapa jenis gangguan nyeri kepala yang sering di derita:

  • Sakit kepala karena tegang. Gejalanya diawali dengan ketegangan di otot leher, bahu, dan tengkorak akibat tekanan emosional. Sakitnya selalu berawal dari kepala belakang, merambat ke depan, lalu ke kedua sisi kepala.
  • Sakit kepala migren. Umumnya sakit kepala yang dirasakan lebih berat ketimbang sakit kepala akibat ketegangan. Migren selalu dirasakan pada satu sisi kepala saja dan sering juga di belakang salah satu mata. Maka muncullah istilah "sakit kepala sebelah". Penderita migren pada wanita kira-kira tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pria. Penyebabnya terutama karena perubahan hormonal.
  • Sakit kepala dengan beragam gejala. Gangguan ini terutama menyerang kaum pria. Gejalanya berupa nyeri luar biasa dan umumnya terfokus di sekitar rongga mata dengan mata berair dan hidung meler.
  • Sakit kepala pasca-trauma. Ini sering muncul sebagai dampak dari suatu kecelakaan, meski hanya terjadi sedikit cedera di kepala. Rasa sakitnya kadang-kadang muncul setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah cedera dan dapat berlangsung sampai setahun setelah trauma.
  • Sakit kepala alergi. Gangguan ini sering ditemani dengan gejala hidung meler, mata berair, dan kerongkongan sakit. Kemunculannya dapat ditimbulkan oleh makanan tertentu atau segala sesuatu yang bisa menimbulkan alergi.
  • Sakit kepala sinus. Gangguan ini mudah diketahui dari gejalanya. Lubang hidung tertutup satu atau keduanya dan nyeri meluas ke atas pipi dan dahi. Bagian-bagian tersebut terasa sangat peka sehingga disentuh saja akan kontan terasa nyeri.
  • Di samping sakit kepala yang penyebabnya spesifik itu, ada pula sakit kepala yang timbul semata-mata sebagai gejala sekunder dari kondisi tubuh yang tidak beres dan memerlukan penanganan medis.